unsur esensial FPI

Unsur-unsur Esensial dalam Filsafat Pendidikan Islam
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah: Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Sutrisno, M.Ag. dan Suyatno, M.Pd.I.


Disusun Oleh:
Heri Susanto (10411044)
Adi Hidayat (10411045)
Azah Mutrovina (10411046)
Diyah Puspitasari (10411047)
Riski Yuli Retnani (10411048)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam ajaran Islam, manusia dianggap sebagai wakil Tuhan di muka bumi yang bertugas memakmurkan bumi. Manusia dibekali beragam potensi yang dapat dikembangkan secara optimal agar manusia dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Potensi-potensi yang ada di dalam diri manusia dapat dikembangkan dengan cara memahami konsep manusia yang terdapat dalam ajaran Islam. Potensi-potensi manusia akan berkembang secara optimal jika diolah dengan pengetahuan. Manusia juga memerlukan alam sebagai tempat hidup dan belajar yang selanjutnya manusia bisa memberikan kontribusinya untuk memakmurkan alam.
Pembahasan mengenai manusia, pengetahuan, dan alam yang merupakan unsur-unsur esensial dalam filsafat pendidikan Islam memang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan mejelaskan konsep Islam mengenai manusia, pengetahuan, dan alam.

B.    Rumusan Masalah
1.    Bagaimana konsep manusia menurut Islam?
2.    Bagaimana konsep pengetahuan menurut Islam?
3.    Bagaimana konsep alam menurut Islam?

C.    Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman kepada para pembaca mengenai konsep manusia, konsep pengetahuan, dan konsep alam menurut pandangan Islam. Dari pemahaman yang telah diperoleh setelah membaca makalah ini, diharapkan kita dapat menjadi manusia yang sesuai dengan ajaran Islam, berpengetahuan luas dan dapat mengolah alam dengan sebaik-baiknya.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Manusia Menurut Islam
Manusia adalah makhluk yang berhadapan dengan diri sendiri dan juga berhadapan dengan alam kodrat.  Manusia adalah makhluk badani yang harus bersikap, bertindak, bergerak dan bekerja untuk mengolah dunianya. Pertumbuhan badan manusia merupakan prasarana atau infrastruktur perkembangan rohani. Badan manusia merupakan cerminan pribadi manusia itu sendiri. Jika pribadinya luhur, maka badan dalam sikap dan gerak-geriknya akan mencerminkan keluhuran itu. Sebaliknya, jika manusia ingin memiliki kepribadian yang luhur, maka ia harus mengatur segi-segi luar dari hidupnya.
Dalam diri manusia pada hakikatnya terdapat sifat dan unsur-unsur ketuhanan karena dalam proses kejadiannya kepada manusia telah ditiupkan ruh dari Tuhan. Sifat dan unsur ketuhanan dalam diri manusia tersebut berupa potensi-potensi pembawaan yang dalam proses kehidupannya manusia merealisir dan menjabarkannya dalam tingkah laku dan perbuatan nyata.
Ayat-ayat Al-Qur’an banyak menjelaskan tentang hakikat manusia. Firman Allah SWT yang pertama kali diturunkan justru mengawali karakter manusia untuk berpendidikan melalui proses membaca (lihat Q.S. Al-‘Alaq:1-5). Proses belajar ini telah dilakukan oleh Nabi Adam ketika Allah SWT mengajarkan kepadanya nama-nama segalanya (lihat Q.S. Al-Baqarah:31). Lalu manusia pun merespons proses belajar tersebut dengan mengajar (lihat Q.S. Luqman:13).
Ada tiga kata yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia, yaitu:
1.    Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun, dan sin semacam insan, ins, nas, atau unas.
2.    Menggunakan kata basyar.
3.    Menggunakan kata Bani Adam, dan zuriyat Adam.
Hasil penelitian yang dilakukan Musa Asy’ari menjelaskan bahwa kata insan dalam Al-Qur’an digunakan untuk menunjuk kata manusia dalam bentuk tunggal, yakni sama dengan pemakaian kata ins. Sedangkan untuk jamaknya dipakai kata al-nas, unasi, insiyya, anasi. Sedangkan kata basyar dipakai untuk tunggal dan jamak. Kata insan dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 65 kali dalam 32 ayat, sedangkan kata ins disebut 18 kali dalam 17 ayat. Selanjutnya kata al-nas disebut 241 kali dalam 225 ayat. Kata unasi disebut lima kali dalam lima ayat. Kata anasi dan insiyya masing-masing disebut 1 kali dalam 1 ayat. Adapun kata basyar disebut 36 kali dalam 36 ayat.
Kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas, berbeda dengan kulit binatang yang lain.
Kata basyar yang disebut Al-Qur’an sebanyak 36 ayat dipakai untuk menyebut manusia dalam proses lahiriahnya. Satu ayat diantaranya menyebutkan kata basyar dalam pengertian kulit manusia.  Pengertian basyar tidak lain adalah manusia dalam kehidupannya sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas lahiriahnya yang dipengaruhi oleh dorongan kodrat alamiahnya, seperti makan, minum, bersetubuh, dan akhirnya mengakhiri kegiatannya. Melalui aktivitas basyariyah-nya yaitu aktivitas tubuhnya, maka gagasan dan pemikiran manusia dapat diwujudkan dalam bentuk kongkret, yaitu bentuk-bentuk sebagai hasil karya cipta manusia, yang menempati ruang tertentu, dapat diraba dan difoto, seperti lukisan, tari-tarian, dan kegiatan mengolah hasil pada industri logam.
Kata insan terambil dari akar kata uns yang berarti jinak, harmonis, dan tampak. Pendapat ini jika ditinjau dari sudut pandang Al-Qur’an lebih tepat dari yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata nasiya (lupa), atau nasa-yanusu (berguncang).
Informasi Al-Qur’an tentang kata insan mengacu kepada manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi intelektual dan kejiwaan yang pada perkembangan selanjutnya potensi-potensi ini menjadi alat utama dalam memperoleh pengajaran dan pendidikan.
Dengan demikian, penggunaan kata insan dan basyar dalam Al-Qur’an jelas menunjukkan konteks dan makna yang berbeda, meskipun sama-sama menunjuk pada pengertian manusia. Manusia dalam konteks insan adalah manusia yang berakal yang memerankan diri sebagai subyek kebudayaan dalam pengertian ideal, sedangkan kata basyar menunjuk pada manusia yang berbuat sebagai subyek kebudayaan dalam pengertian material seperti yang terlihat pada aktivitas fisiknya.
Jadi, manusia merupakan makhluk yang memiliki kelengkapan jasmani dan rohani. Dengan kelengkapan jasmaninya, ia dapat melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan dukungan fisik, dan dengan kelengkapan rohaninya ia dapat melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan dukungan mental. Selanjutnya, agar kedua unsur tersebut dapat berfungsi dengan baik dan produktif, maka perlu dibina dan dibimbing melalui pendidikan.
Dalam konsep Islam, manusia dianggap sebagai khalifah (pengganti) Allah di muka bumi yang bertindak sesuai dengan perintah Allah. Sebagai khalifah yang mengemban tanggung jawab yang besar, manusia dibekali dengan potensi-potensi yang istimewa yang membedakannya dari makhluk lain. Potensi-potensi tersebut berupa fithrah yang baik, roh, kebebasan dalam berkemauan, dan akal.  Kekuasaan yang diberikan kepada manusia sebagai khalifah bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah SWT.
Disamping peran manusia sebagai khalifah Allah SWT. Di muka bumi yang memiliki kebebasan, ia juga sebagai hamba Allah (‘abdullah). Seorang hamba Allah SWT harus taat dan patuh kepada perintah Allah SWT. Kekuasaan manusia sebagai khalifah Allah SWT dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum Tuhan baik yang tertulis dalam Al-Qur’an, maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun).
Dua peran yang diemban manusia di muka bumi sebagai khalifah dan ‘abd merupakan keterpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup yang sarat dengan kreativitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Kualitas kemanusiaan sangat bergantung pada kualitas komunikasinya dengan Allah SWT melalui ibadah dan kualitas interaksi sosialnya dengan sesama manusia melalui muamalah.

B.    Konsep Pengetahuan Menurut Islam
Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. ‘Ilm dari segi bahasa berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang telah diketahui. Cara mengetahui sesuatu dapat dilakukan dengan cara mendengar, melihat, merasa, dan sebagainya yang merupakan bagian dari alat indra manusia. Semua pengetahuan yang didasarkan secara indrawi dikategorikan sebagai pengetahuan empirik, artinya pengetahuan yang bersumber dari pengalaman. Oleh karena itu, pengalaman menjadi bagian penting dari seluk-beluk adanya pengetahuan yang secara filosofis menjadi bagian dari epistemologis.
Setiap manusia memiliki pengetahuan karena setiap manusia pernah mengalami sesuatu dan setiap pengalamannya dapat dijadikan landasan dalam berpikir dan bertindak. Akan tetapi, karena manusia memiliki pengalaman yang berbeda-beda, maka dalam menyelesaikan masalahnya bersumber pada pengalaman yang beragam sehingga pengetahuan pun menjadi semakin banyak.
Ilmu pengetahuan adalah kebutuhan mutlak manusia. Ilmu adalah bekal yang diperlukan manusia untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kemanusiaan. Manusia membutuhkan ilmu pengetahuan untuk menjangkau kehidupan duniawi dan ukhrawinya. Ilmu digapai manusia untuk mendapatkan kebenaran. Kebenaran bagi ilmuwan mempunyai kegunaan khusus, yakni kegunaan universal bagi umat manusia dalam meningkatkan martabat kemanusiaannya.
Di dalam Al-Qur’an terdapat ratusan ayat yang menerangkan ilmu, ajakan untuk berpikir dan melakukan penalaran (mengamati, memperhatikan, memikirkan, dan menyelidiki dengan seksama), serta sanjungan kepada orang-orang yang suka menggunakan akal pikirannya. Tercatat ada 80 ayat yang mengandung kata ilmu, 63 ayat yang mengandung ajakan untuk berpikir, 45 ayat yang mangajak untuk melakukan penalaran (mengamati, memperhatikan, memikirkan, dan menyelidiki dengan seksama), 16 ayat yang menyanjung orang-orang yang suka menggunakan akalnya, dan 24 ayat yang memberikan lampu merah terhadap kebodohan.
Salah satu ayat yang menunjukan keutamaan orang yang berilmu pengetahuan  adalah firman Allah dalam Surat Al-Mujadilah ayat 11 berikut ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya:
“Hai orang-orang beriman! apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.Al-Mujadilah:11).
Sejarah islam telah mencatat bahwa ilmuwan muslim telah mamperlihatkan kepada kita tentang pentingnya ilmu dalam dunia kehidupan dan pendidikan. Nama-nama seperti Ar-Razi (Rhases, 856-925 M), Ali Abbas (wafat 944 M), Ibnu Sina (Avicenna, 930-1037 M), dan Ibnu Rusyd (Avenrroes, wafat 1198 M) adalah para ilmuwan muslim yang karya-karyanya memiliki pengaruh besar dalam ilmu pengetahuan. Misalnya buku karangan Ibnu Sina yang berjudul Al-Qanun fit-Thib (Canon of Medicine) yang diterjemahkan ke berbagai bahasa Eropa. Buku tersebut menjadi buku induk mahasiswa kedokteran pada masa itu. Buku tersebut tak henti-hentinya dibaca, dipelajari, diterjemahkan, diterbitkan, dan didiskusikan sampai abad ke-18 M. Ibnu Sina juga mendapat julukan Father of Doctors.
Derajat kehidupan manusia akan sangat ditentukan oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Tanpa ilmu, derajatnya akan rendah. Akan tetapi, ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia wajib dilindungi oleh keimanan karena yang manusia berilmu, tetapi tidak beriman, maka kehidupannya akan porak poranda. Dengan demikian, ilmu dan iman adalah kajian mendasar dari filsafat pendidikan Islam yang hakikatnya semua ilmu digunakan untuk memperkuat keimanan dan keimanan harus ditingkatkan oleh ilmu pengetahuan.
Asy-Syaibani mengatakan bahwa pengetahuan yang sebenarnya ialah yang cukup keyakinan dan pasti, merendah diri di depan keagungan Allah dan luasnya ilmu-Nya, sesuai dengan jiwa agama dan prinsip akhlak yang mulia yang telah ditentukannya sehingga menimbulkan rasa tenang dan tenteram dalam jiwa, tepat dan obyektif, dan meneguhkan amal yang baik, pengalaman yang berjaya dan memudahkan jalan kemajuan dan kekuatan masyarakat. Hal-hal tersebut ialah syarat-syarat dan unsur-unsur pengetahuan  yang terpenting dalam islam.
Dengan memperhatikan motivasi Al-Quran untuk menuntut ilmu, cara-cara mendapatkan ilmu dalam islam, dan Al-Quran sebagai sumber ilmu pengetahuan, maka lembaga pendidikan islam harus selalu menggali ilmu pengetahuan yang terdapat di dalam Al-Quran. Al-Quran tidak ubahnya seperti suatu samudera ilmu pengetahuan, makin sanggup manusia mengarunginya semakin banyak hasil yang diperolehnya. Di dalam pengembangan ilmu, lembaga pendidikan islam harus menggali ilmu pengetahuan dari sumbernya berupa ayat Quraniyah dan ayat Kauniyah. Lembaga pendidikan islam juga harus selalu menanamkan terhadap peserta didiknya bahwa usaha untuk mempelajari, menggali dan mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya itu dalam rangka pengabdian kepada Allah swt sebagai Khaliq (pencipta) ilmu pengetahuan. 

C.    Konsep Alam Menurut Islam
Alam berjalan sesuai dengan hukum-hukum yang ditetapkan Allah. Alam dapat menjadi subjek maupun objek pendidikan dan pembelajaran. Kita bisa melihat bagaimana matahari konsisten untuk terbit dan terbenam sesuai dengan hukumnya. Hukum Allah juga berlaku pada bumi, air, api, angin, daratan, lautan, gunung-gunung, hutan, dan pepohonan.
Bumi dan segala sesuatu yang terdapat di dalamnya sebagai tempat manusia beraktivitas adalah karunia Allah yang sangat besar dan wajib disyukuri. Allah berfirman dalam QS. Al-Mulk ayat 15 yang berbunyi:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Artinya:
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu  dibangkitkan.”(Q.S.Al-Mulk:15).

Dalam perspektif filsafat pendidikan Islam, alam adalah guru manusia. Kita semua wajib belajar dari sikap alam semesta yang tunduk mutlak pada hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah.  Alam semesta bagaikan literatur yang amat luas dan kaya dengan informasi yang aktual. Alam mempertontonkan karyanya yang dinamis kepada manusia yang berniat belajar seumur hidup.
Alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan untuk kepentingan manusia dan untuk dipelajari manusia sehingga manusia dapat menjalankan fungsi dan kedudukannya dimuka bumi.  Hal tersebut ditegaskan di dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang menyeru dan mengundang manusia untuk mengamati dan merenungi wajah dan rahasia alam. Beberapa ayat yang berkaitan dengan hal tersebut adalah Q.S. Al-Jatsiyah: 13, Q.S.An-Nahl: 12, Q.S.An-Nahl: 14, Q.S.An-Nahl:  18, Q.S.Al-An’am: 97, dan Q.S.Yunus:5. 
Kedudukan manusia terhadap alam adalah sebagai pemanfaat dan penjaga kelestariannya (Q.S.Al-Jumuah:10 dan Q.S. Al-Baqarah:60), sebagai peneliti alam (Q.S.Al-Baqarah:164), dan sebagai khalifah yang mengatur alam (Q.S.Al-An’am:165).
Manusia harus memanfaatkan akalnya untuk berpikir tentang pemberdayaan alam bagi manusia. Akal yang dimiliki manusia merupakan kecakapan untuk menciptakan alat-alat kerja bagi dirinya. Akal itu timbul karena penyesuaian manusia dengan dunia sekitarnya.
Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa manusia harus senantiasa belajar kepada alam. Manusia yang tidak mau belajar dari konsistensi kehidupan alam, maka sifatnya akan berubah bagaikan binatang, saling menipu, saling membunuh, dan sebagainya. Rusaknya kehidupan alam disebabkan oleh perilaku manusia yang tidak mau belajar dari alam semesta. Misalnya, kasus penebangan hutan liar yang mengakibatkan hutan gundul, erosi, banjir, dan sebagainya.



BAB III
KESIMPULAN

Manusia adalah makhluk yang memiliki kelengkapan jasmani dan rohani yang harus dibina dan dibimbing melalui pendidikan agar kedua unsur tersebut dapat berfungsi dengan baik dan produktif. Manusia dianggap sebagai khalifah (pengganti) Allah di muka bumi yang bertindak sesuai dengan perintah Allah dan dibekali dengan beragam potensi berupa fithrah yang baik, roh, kebebasan dalam berkemauan, dan akal. Manusia juga berstatus sebagai hamba Allah (‘abdullah) yang harus taat dan patuh kepada perintah Allah SWT. Peran manusia sebagai khalifah dan ‘abd merupakan keterpaduan tugas dan tanggung jawab yang menuntut manusia untuk beribadah dan bermuamalah dengan baik.
Ilmu pengetahuan adalah kebutuhan pokok manusia untuk mencapai derajat yang tinggi agar dapat menjangkau kehidupan duniawi dan ukhrawinya. Ilmu digunakan untuk memperkuat keimanan dan keimanan ditingkatkan oleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang disertai keimanan akan menimbulkan rasa tenang dan tenteram dalam jiwa dan terealisasi dalam perilaku yang islami. Pengetahuan sejati adalah keyakinan yang pasti dan sikap rendah diri di hadapan Allah SWT Sang Pemilik samudera ilmu. Lembaga pendidikan islam berperan penting dalam mendidik peserta didiknya untuk belajar dan mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya untuk mengabdi secara total kepada Allah SWT.
Alam yang berjalan sesuai dengan hukum-hukum Allah adalah mahakarya yang dapat menjadi subjek maupun objek pembelajaran bagi manusia. Alam semesta ini diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia dan untuk dipelajari manusia sehingga manusia dapat menjalankan fungsi dan kedudukannya dimuka bumi. Jadi, manusia harus mempelajari alam, memanfaatkannya, dan menjaga kelestariannya.
DAFTAR PUSTAKA


Abd. Rachman Assegaf. Filsafat PendidIkan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif. Jakarta: Rajawali Press. 2011.
Abuddin Nata. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997.
Al-Qur’an Digital versi 1.1.3. tahun 2003.
Hamdani Hasan dan A. Fuad Ihsan. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2001.
Hasan Basri. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. 2009.
Hasan Langgulung. Manusia dan Pendidikan. Jakarta: Al-Husna Zikra. 1995.
M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan. 1996.
N. Drijarkara S.J. Filsafat Manusia. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. 1978.
Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany. Falsafah Pendidikan Islam (terj.). Jakarta: Bulan Bintang. 1979.
Ramayulis dan Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia. 2009.
Zuhairini,dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1995.
Read more ...

E-LEARNING

E-LEARNING
Disusun guna memenuhi tugas dalam mata kuliah
PENGEMBANGAN MEDIA PAI
Dosen Pengampu
Dr. Sukiman

Disusun oleh:
Diyah Puspitasari (4 / 10411047)
Rizky Yuli Retnani (5 / 10411048)
Awal Aqsha Nugroho (6 / 10411049)
V-PAI  B

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012/ 2013
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor kunci dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam hal ini. Maka dari itu perlu ditingkatkannya kualitas pendidikan itu sendiri yang sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan, termasuk kurikulum, materi, pendidik, metode pembelajaran, dan juga media yang digunakan dalam pembelajaran.
Dalam pendidikan terdapat proses belajar mengajar, yang pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan atau informasi dari pendidik kepada peserta didik. Pesan/ informasi akan sampai kepada peserta didik apabila peserta didik dapat menangkap dan memahami isi pesan tersebut. Terkadang pesan/ informasi tersebut tidak sampai kepada peserta didik karena faktor-faktor tertentu sehingga dibutuhkan alat bantu atau media dalam penyampaian pesan tersebut. Selain itu, proses pembelajaran dapat berhasil dengan baik jika peserta didik diajak untuk melibatkan semua alat inderanya, karena semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah pesan semakin banyak pula pesan yang dapat dimengerti dan bertahan lama dalam ingatan peserta didik. Dengan menggunakan media dalam penyampaian pesan, maka peluan untuk menggunakan semua indera peserta didik lebih banyak, sehingga media sangat membantu dalam proses pembelajaran.
Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu media yang berbasis komputer berupa internet. Dengan internet peserta didik dapat mengakses materi dengan cepat. Untuk lebih jelas mengetahui tentang media e-learning, akan dibahas dalam bab selanjutnya.


B.    Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan e-learning?
2.    Apa saja jenis e-learning?
3.    Bagaimana proses pengembangan e-learning?
4.    Bagaimana pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran?
5.    Apa saja kelebihan dan kekurangan e-learning?
6.    Bagaimana contoh penerapan e-learning pada pembelajaran?

C.    Tujuan dan Kegunaan Penulisan
1.    Tujuan Penulisan
a.    Untuk mengetahui pengertian e-learning.
b.    Untuk mengetahui jenis e-learning.
c.    Untuk mengetahui proses pengembangan e-learning.
d.    Untuk mengetahui pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran.
e.    Untuk mengetahui kelebihan & kekurangan e-learning.
f.    Untuk mengetahui penerapan e-learning dalam pembelajaran
2.    Kegunaan Penulisan
a.    Secara teoritis
Memberikan tambahan pengalaman dan khasanah keilmuan tentang media e-learning.
b.    Secara praktis
Dari hasil tambahan pengetahuan tentang e-learning ini dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan langkah-langkah praktis.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian E-learning
Online learning juga biasa disebut electronic learning atau e-learning, merupakan pembelajaran yang disajikan secara elektronik dengan menggunakan komputer dan media berbasis komputer.  Media komputer yang dimaksud di sini lebih berorientasi pada penggunaan teknologi komputer dan internet. Clark dan Mayer mengemukakan e-learning adalah pembelajaran yang disampaikan dalam komputer dengan CD-ROM, internet, atau intranet dengan bentuk:
1.    Memasukkan materi yang relevan dengan tujuan.
2.    Menggunakan unsur-unsur media seperti kata-kata, gambar, untuk menyajikan materi dan mtode.
3.    Menggunakan metode pembelajaran seperti, contoh dan praktek yang membantu belajar.
4.    Membagun pengetahuan dan keterampilan baru yang dikaitkan dengan tujuan belajar atau meningkatkan kinerja.
E-learning merupakan sistem pembelajaran yang memanfaatkan media elektronik sebagai alat untuk membantu kegiatan pembelajaran , yang dalam arti luas mencakup pembelajaran yang dilakukan dengan media elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. Secara formal misalnya berupa kurikulum, silabus, mata pelajaran,dan tes yang telah diatur sesuai jadwal oleh pihak-pihak terkait, yaitu pengelola e-learning. Dengan e-learning pembelajaran akan lebih menarik karena tampilan di layarnya bisa dibuat variatif yang menarik.  Pembelajaran ini dapat juga disebut pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh Perguruan Tinggi dan biasanya perusahaan konsultan yang bergerak dibidang penyedia jasa e-learning untuk umum. Sedang secara informal misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau web pribadi, dan perusahaan yang mensosialisasikan untuk masyarakat. Biasanya jasa seperti ini gratis.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pembelajaran elektronik (e-learning) merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitasi serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lain. 

B.    Jenis E-learning
Berdasarkan teknologi informatika yang digunakan, e-learning kemudian dikelompokkan berdasarkan basis teknologi, yaitu sebagai berikut:
1.    Computer Based Training (CBT)
Sistem CBT ini mulai berkembang di tahun 80-an dan masih berkembang terus sampai sekarang. Hal ini ditunjang antara lain oleh perkembangan sistem animasi yang kian menarik dan realistis (misalnya aiatem animasi 3 Dimension).
2.    Web Based Training (WBT)
Sistem ini merupakan perkembangan lanjutan dari CBT dan berbasis teknologi internet. Sehingga dengan menggunakan konsep ini, dapat terjadi komunikasi dua arah antar pengguna. Namun lancarnya proses belajar dengan menggunakan sistem ini bergantung kepada infrastruktur jaringan kecepatan tinggi. Kendala penerapan konsep ini terletak pada kenyataan bahwa jaringan internet di negara kita masih belum merata. Pada dasarnya,terdapat 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih, yakni:
a.    Sepenuhnya secara tatap muka (konvensional)
b.    Sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet
c.    Sepenuhnya melalui internet.
Salah satu komponen WBT yang sangat digemari adalah video-conferencing, yaitu dimana siswa dan guru dapat langsung mendiskusikan semua hal tanpa harus bertemu muka secara langsung. Sistem ini berkembang pesat di negara-negara maju dan dapat dimanfaatkan sebagai alat belajar mengajar di virtual classes ataupun virtual universities.

C.    Proses Pengembangan E-learning
Untuk mengembangkan program e-learning ada beberapa tahapan, dimulai dengan:
1.    Analisis Kebutuhan
Tujuan yang diharapkan dicapai oleh suatu lembaga atau organisasi. Contoh: Dosen menerapkan teknologi e-learning. Pada akhir semester prestasi mahasiswa kurang menggembirakan sehingga pimpinan mengambil keputusan bahwa e-learning diganti dengan tatap muka karena e-learning tidak cocok dengan gaya belajar mahasiswa yang bersangkutan. Padahal apabila dianalisis, mahasiswa sangat antusias. Pada kasus ini problem bukan terletak dari pada motivasi menurun atau e-learning kurang tepat, tetapi karena program e-learning tidak terakses disebabkan padatnya jaringan.
2.    Mendeskripsikan tingkat kinerja/kompetensi yang ingin dicapai
Deskripsi ini diperlukan untuk menetapkan materi pembelajaran, yang harus dipelajari sehingga dipersiapkan dengan baik. Langkah ini berarti memilih materi serta pengalaman belajar yang sesuai untuk mendukung pencapaian kompetensi.
3.    Menetapkan metode dan media pembelajaran
Berbagai metode serta media yang biasa digunakan dikelas tatap muka kemungkinan dapat diterapkan juga pada kelas online.
4.    Menentukan jenis evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran
Untuk mengukur keberhasilan pembelajaran, evaluasi berupa balikan atau revisi tugas-tugas. Oleh karena itu pendekatan e-learning berupa pembelajaran mandiri, maka pembelajar harus mengevaluasi diri sendiri sehingga mengetahui tingkat keberhasilannya.

D.    Pemanfaatan E-learning dalam Pembelajaran
1.    Media berbasis komputer
Teknologi komputer mengalami kemajuan pesat dan luar biasa, baik dari segi hardware maupu softwarenya. Seiring berkembanganya program-program serta aplikasi yang dapat dipasang, komputer memberikan kelebihan dalam berbagai bidang kegiatan pembelajaran seperti untuk produksi media slide, media gerak dan media audio visual. Kiranya dalam era sekarang ini seorang pendidik haruslah mampu menguasai teknologi komputer, meski masih dalam taraf sederhana. Teknologi komputer sangat membantu dalam menciptakan berbagai kreatifitas produksi media pembelajaran, baik berupa gerak, audio maupun visual. Berbagai macam software yang dapat digunakan antara lain Power Point, Macromedia Flash, Movie dan lain-lain. Aplikasi-aplikasi tersebut dapat digunakan dalam berbagai materi pembelajaran baik eksak, sosial maupun materi agama selama seorang pendidik bisa menyusunnya sesuai kebutuhan dan target-target materi dan pembelajaran yang hendak dicapai, dan tentu tetap didasarkan pada pencapaian tiga ranah peserta didik berikut ini:
a.    Ranah Kognitif
Dalam pencapaian ranah kognitif komputer dapat digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep, prinsip, langkah-langkah, proses, dan kalkulasi yang kompleks. Komputer juga dapat menjelaskan konsep tersebut dengan sederhana dengan penggabungan visual dan audio yang dianimasikan.
b.    Ranah Afektif
Ranah afektif bisa dicapai dengan menggunakan clip, film, suara atau video yang isinya menggugah perasaan. Peserta didik diajak untuk menghayati desain yang dibuat serta mengenalisis baik gambar atau suara.
c.    Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik dapat dicapai dengan komputer dengan bentuk pembelajaran yang dikemas dalam bentuk games & simulasi sangat bagus digunakan untuk menciptakan kondisi dunia kerja. Beberapa contoh program antara lain; simulasi pendaratan pesawat, simulasi perang dalam medan yang paling berat dan sebagainya.
2.    Media berbasis internet
a.    E-Mail
Elekktronic Mail atau yang lebih dikenal dengan E-Mail yang dapat diartikan “Surat Elektronik”, merupakan surat yang pengirimannya menggunakan sarana elektronik yakni dengan menggunakan jaringan internet.  Perlu diketahui bahwa pesan yang dikirim berbentuk suatu dokumen atau teks bahkan gambar, tentunya yang dapat diterima oleh komputer lain dengan sarana internet.  Peserta didik dapat menggunakan e-mail untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan tugas, dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pendidik di luar kegiatan belajar mengajar, dan dapat berkomunikasi lewat e-mail dengan teman-teman, guru, maupun yang lainnya.
b.    Blog
Istilah blog merupakan kependekan dari web blog. Jika diidentifikasi dari penggalan katanya web dan log dapat diartikan sebagai “catatan perjalanan” yang tersimpan dalam website.  Blog dapat dijadikan website yang berisikan materi pelajaran yang dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar, bahkan foto, maupun coretan warna warni yang membuatnya lebih menarik. Blog sebagai media pembelajaran setidaknya ada tiga metode yang bisa diupayakan yaitu:
1)    Blog guru sebagai pusat pembelajaran. Guru dapat menulis materi belajar, tugas,maupun bahan diskusi di blognya kemudian murid bisa berdiskusi dan belajar bersama-sama di blog gurunya tersebut.
2)    Blog guru dan murid yang saling berinteraksi. Guru dan murid harus memiliki blog masing-masing sebagai sarana mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya.
3)    Komunitas bloger pembelajar. Sebuah blog sebagai pusat pembelajaran dengan guru-guru dan siswa dari berbagai sekolah bisa tergabung dalam komunitas blogger pembelajar tersebut.
c.    Mesin Pencarian (Search Engine)
Search Engine adalah sebuah program yang dapat diakses melalui internet yang berfungsi untuk membantu para pengguna dalam mencari apa yang diinginkan,  dengan kata lain search engine dirancang khusus untuk menyimpan katalog dan menyusun daftar alamat berdasarkan topik tertentu. Mesin pencarian ini dapat digunakan untuk mengakses berbagai bahan belajar dan informasi melalui media internet. Telah tersedia banyak situs search engine yang dapat digunakan untuk mencari informasi di internet, diantaranya Yahoo, bing, amazon.com, eBay, Wikipedia, Babylon, dan google. Tetapi yang sering kita gunakan adalah google, yang dapat diakses melalui http://www.google.com.  Untuk melakukan pencarian informasi yang diinginkan, kita harus memasukkan kata kunci (keyword) pada kotak pencarian. Misalnya untuk mencari materi Sejarah Kebudayaan Islam tentang Khalifah Umar bin Khattab, maka kata kunci yang kita tuliskan adalah Umar bin Khattab, lalu tekan tombol enter pada keyboard, maka google akan mencari halaman web yang mengandung kata Umar bin Khattab.

E.    Kelebihan & Kekurangan E-learning
Kelebihan e-learning, diantaranya:
1.    E-learning dapat mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat studi lebih ekonomis (dalam kasus tertentu).
2.    E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi, peserta didik dengan guru maupun sesama peserta didik.
3.    Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
4.    Dapat menyajikan variasi media.
5.    Memperoleh informasi mutakhir (up date).
6.    Mudah dan cepat dalam mengakses.
7.    Komunikasi yang luwes.
8.    Biaya ringan.
Disamping e-learning memiliki kelamahan, diantaranya:
1.    Untuk sekolah tertentu terutama yang berada di daerah, akan memerlukan investasi yang mahal untuk membangun e-learning ini.
2.    Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
3.    Keterbatasan jumlah komputer yang dimiliki oleh sekolah akan menghambat pelaksanaan e-learning.
4.    Bagi orang yang gagap teknologi, sistem ini sulit untuk diterapkan.
5.    Materi tidak sesuai dengan umur pebelajar.
6.    Pemanfaatan hak cipta untuk tugas-tugas sekolah.
7.    Perkembangan yang tidak terprediksikan.
8.    Pengaksesan yang memerlukan sarana tambahan.
9.    Kecepatan mengakses yang tidak stabil.
10.    Kurangnya pengontrolan kualitas.

F.    Penerapannya
Mata Pelajaran        : Fiqih
Kelas / Semester        : X / I
Materi Pokok        : Macam Najis & Cara mensucikannya
Alokasi Waktu        : 1x45 menit
A.    Standar Kompetensi     :
Peserta didik  dapat memahami bab thaharah.
B.    Kompetensi Dasar     :
Peserta didik dapat memahami macam-macam najis dan cara mensucikannya.
C.    Indikator        :
1.    Peserta didik mampu menjelaskan arti najis.
2.    Peserta didik mampu menyebutkan macam-macam najis.
3.    Peserta didik mampu mempraktekkan cara mensucikan dari najis tersebut.
D.    Karakter
Rasa ingin tahu, aktif, disiplin.
E.    Tujuan
Dengan media, metode dan strategi yang digunakan diharap mampu menciptakan pembelajaran yang menarik dan memberi kemudahan bagi peserta didik dalam menjelaskan pengertian najis, menyebutkan macam-macam najis, dan mempraktekkan cara mensucikan dari najis tersebut.
F.    Materi
1.    Pengertian najis, beserta macamnya.
2.    Penjelasan tentang cara mensucikan dari najis.
G.    Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan awal (5 menit)
Guru Mengawali pelajaran dengan doa
Apersepsi dan motivasi
2. Kegiatan inti (35 menit)
Eksplorasi    : Guru bertanya kepada peserta didik tentang pengertian najis
Elaborasi    : Guru memberi penjelasan tentang pengertian dan macam najis beserta cara mensucikannya dengan media e-learning (powerpoint/ movie/ blog/ internet)
Konfirmasi    : Guru menyimpulkan materi
Guru memberikan tugas (PR) kepada peserta didik melalui media elektronik, yang kemudian siswa diperintahkan untuk mengumpulkan melalui email.
3. Kegiatan akhir (5 menit)
Guru menutup pembelajaran dengan doa.
H.    Sarana/Alat
1. Kertas                4. Laptop
2. Pulpen/ alat tulis            5. Proyektor
3. Papan tulis dan spidol        6. Speaker
I.    Penilaian
1.    Teknik        : Tertulis & lisan
2.    Bentuk Instrumen    : Tugas individu, tugas kelompok & pengamatan
J.    Soal
1.    Tugas Individu
a.    Apa yang dimaksud dengan najis?
b.    Sebutkan macam-macam najis !
c.    Apabila kaki kita dijilat oleh anjing, bagaimana cara membersihkannya?
d.    Mengapa najis mughallazdah pada basuhannya sekali dicampuri tanah?
2.    Tugas kelompok
Buatlah naskah mini drama dengan tema najis & cara mensucikannya, lalu dipentaskan pada pertemuan berikutnya !


BAB III
KESIMPULAN
Jadi, e-learning, merupakan pembelajaran yang disajikan secara elektronik dengan menggunakan komputer dan media berbasis komputer. Yang dapat dikembangkan dengan langkah yang pertama analisis kebutuhan, kedua kompetensi yang ingin dicapai, ketiga menetapkan metode dan media pembelajaran, dan yang terakhir menentukan jenis evaluasi. E-Learning ini adalah media elektronik, yang dalam hal ini komputer dan internet yang meliputi, power point, macromedia flash, email, search engine, dan blog.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri. 2009. Media Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Fasthea, Sholeh. 2009. Panduan Praktis Ms Office 2007 dan Internet. Yogyakarta: DPP Fakultas Tarbiyah.
____. 2011. Aplikasi Office Profesional; Microsoft Office, Internet & Desain Grafis. Yogyakarta: Laboratorium TIK Fakultas Tarbiyah & Keguruan UIN Sunan Kalijaga.
Jasmadi. 2004. Panduan Praktis Menggunakan Fasilitas Internet. Yogyakarta: Andi.
Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh. Bandung: Alfabeta.
Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia.
Suteja, Bernard Renaldy dkk. 2008. Memasuki Dunia E-Learning. Bandung: Informatika.
Sumber internet:
http://ilessen-fscada.blogspot.com/2012/02/kelebihan-dan-kekurangan-e-learning.html
http://indrayani.staff.ipdn.ac.id/?p=56
http://wilis.himatif.or.id/download/model-model%20e-learning.pdf
http://www.laboratorium-tik.blogspot.com/search/label/Media%20pendidikan

Read more ...

Postingan ketiga

Nah ini adalah postingan ketigaku, pas lagi jalan-jalan ke pantai sama temen-temen, seru kan kalau bisa jalan-jalan ke pantai, main air dan main pasir ... berhubung udara dingin karena hujan, ya berpelukan aja biar ga dingin hehehe
Read more ...

Postingan kedua

Ini adalah foto keponakanku namanya Dabith Rafa Fadhil Athaya, yah lucu kan, iya dunk siapa dulu tantenya hehehe, cepat besar ya ntar diajak jalan-jalan ke pantai hehehe
Read more ...

Namaku Diyah

Ini adalah postingan pertama, sekalian memperkenalkan diri si empunya blog, panggil aja aku Diyah, senang berkenalan dengan kalian dan senang juga kalau blog ini bisa bermanfaat, okey. Ntar juga akan ada postingan yang lain so....tunggu saja ya sahabat. Sekalian memperkenalkan diri, saya lagi menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi di Indonesia, yah Indonesia karena saya lahir dan besar di negara tersebut.
Read more ...